Presiden China Xi Jinping mendorong Vietnam untuk melawan “intimidasi sepihak” Amerika Serikat, dan menjunjung tinggi perdagangan bebas dan terbuka. Xi Jinping mengajak Vietnam untuk memperkuat kerja sama perdagangan di tengah upaya Donald Trump menaikkan tarif impor.
Dalam beberapa tahun terakhir, perang tarif antara AS dan China telah memicu ketegangan ekonomi global. Kini, China berupaya memperluas aliansinya dengan mengajak Vietnam—salah satu mitra dagang utama di Asia Tenggara—untuk bersama-sama melawan kebijakan proteksionis AS.
Langkah ini menandai upaya China membangun front bersama menghadapi tekanan perdagangan dari AS. Bagaimana respons Vietnam? Apa dampaknya bagi perekonomian regional? Simak analisis lengkapnya di bawah ini.
Eskalasi Perang Tarif AS-China
Sejak 2018, AS memberlakukan serangkaian tarif impor terhadap produk China, terutama di sektor teknologi dan manufaktur. China membalas dengan kebijakan serupa, memicu perang dagang yang berdampak pada rantai pasok global.
Beberapa poin kunci:
- Tarif AS mencapai 25% untuk impor barang China senilai $250 miliar.
- China mengurangi impor produk AS, seperti kedelai dan LNG.
- Perlambatan ekonomi global akibat ketidakpastian perdagangan.
Dengan tekanan yang terus berlanjut, China mencari sekutu untuk memperkuat posisinya, salah satunya Vietnam.
China dan Vietnam: Dari Persaingan ke Kolaborasi?
Meskipun bersaing di sektor ekspor, China dan Vietnam memiliki kepentingan bersama dalam menghadapi kebijakan AS. Beberapa alasan Vietnam menjadi target ajakan China:
- Vietnam adalah Basis Produksi Alternatif
- Banyak perusahaan global memindahkan pabrik dari China ke Vietnam untuk hindari tarif AS.
- China ingin memastikan Vietnam tidak sepenuhnya “diambil alih” oleh kepentingan AS.
- Kemitraan Ekonomi yang Kuat
- China adalah mitra dagang terbesar Vietnam, dengan nilai perdagangan mencapai $230 miliar (2023).
- Kedua negara tergabung dalam RCEP (Regional Comprehensive Economic Partnership).
- Tekanan AS pada Ekspor Vietnam
- AS telah mengenakan bea anti-dumping pada produk baja dan kayu Vietnam.
- China menawarkan dukungan untuk mengurangi dampak kebijakan AS.
Respons Vietnam: Antara Kepentingan Nasional dan Tekanan Global
Vietnam menghadapi dilema:
- Di satu sisi, Vietnam ingin menjaga hubungan baik dengan AS, pasar ekspor terbesarnya.
- Di sisi lain, Vietnam bergantung pada impor bahan baku dan investasi dari China.
Beberapa langkah yang mungkin diambil Vietnam:
- Meningkatkan kerja sama regional melalui ASEAN untuk negosiasi lebih kuat.
- Memperkuat industri domestik agar tidak terlalu bergantung pada kedua raksasa ekonomi.
- Menjadi penengah dalam ketegangan AS-China tanpa memihak sepenuhnya.
Dampak Potensial pada Perekonomian Global
Jika China dan Vietnam bersatu melawan tarif AS, beberapa skenario mungkin terjadi:
- Perang Dagang Meluas
- AS bisa memperluas sanksi ke lebih banyak negara.
- Pergeseran Aliansi Ekonomi
- Negara-negara ASEAN mungkin membentuk blok perdagangan alternatif.
- Efek pada Konsumen & Bisnis
- Kenaikan harga produk global akibat gangguan rantai pasok.
Mampukah China-Vietnam Mengubah Permainan?
Ajakan China kepada Vietnam menunjukkan strategi baru dalam menghadapi dominasi ekonomi AS. Namun, Vietnam harus berhati-hati agar tidak terjebak dalam persaingan dua kekuatan besar ini.
Kolaborasi ini bisa menjadi momentum bagi negara-negara Asia Tenggara untuk memperkuat kemandirian ekonomi dan mengurangi ketergantungan pada kebijakan AS atau China.