Ketika Donald Trump dilantik sebagai Presiden Amerika Serikat ke-45 pada Januari 2017, dunia menanti dengan penuh kecemasan dan harapan. Salah satu isu besar yang menjadi sorotan adalah kebijakan ekonominya yang berpotensi mengganggu stabilitas Dolar AS—mata uang yang selama puluhan tahun menjadi “raja” dalam perdagangan dan keuangan global.
Dalam 100 hari pertamanya, Trump mengambil langkah-langkah radikal yang tidak hanya memengaruhi AS, tetapi juga mengirim gelombang kejut ke pasar global. Bagaimana ia “membuang tahta” King Dolar? Mari kita telusuri.
1. Kebijakan Proteksionisme: Pukulan Pertama terhadap Dolar
Salah satu janji kampanye Trump adalah membawa kembali industri manufaktur ke AS. Ia menerapkan kebijakan proteksionis seperti:
- Penarikan dari Perjanjian Perdagangan (TPP) – Mengurangi ketergantungan AS pada sistem perdagangan multilateral yang memperkuat dolar.
- Tarif Impor yang Ketat – Khususnya terhadap China dan Meksiko, memicu perang dagang yang melemahkan kepercayaan terhadap dolar.
Efeknya? Nilai dolar sempat fluktuatif karena ketidakpastian pasar.
2. Kritik terhadap Federal Reserve (The Fed)
Trump kerap mengkritik kebijakan The Fed, terutama soal suku bunga. Ia menuntut suku bunga rendah untuk mendorong ekspor, meski hal itu bisa melemahkan dolar dalam jangka panjang.
“The Fed telah membuat kesalahan dengan menaikkan suku bunga terlalu cepat.” — Donald Trump
Kritik ini menimbulkan ketegangan antara Gedung Putih dan bank sentral, sesuatu yang jarang terjadi di era presiden sebelumnya.
3. Ancaman terhadap Petrodollar
Sistem petrodollar—di mana minyak diperdagangkan dalam dolar—adalah pilar utama kekuatan mata uang AS. Namun, Trump justru:
- Memperkuat Produksi Energi Domestik – AS menjadi eksportir minyak, mengurangi ketergantungan pada OPEC.
- Hubungan Tegang dengan Saudi Arabia – Negara kunci penopang petrodollar.
Jika AS mengurangi peran dolar dalam perdagangan minyak, dominasinya bisa runtuh.
4. Utang Nasional yang Melonjak
Dalam 100 hari pertamanya, Trump mendorong pemotongan pajak korporasi yang meningkatkan defisit anggaran. Utang AS melambung, memicu kekhawatiran atas stabilitas jangka panjang dolar.
Akankah Dolar Tetap Jadi Raja?
100 hari pertama Trump membuktikan bahwa ia tidak ragu mengganggu status quo ekonomi global. Kebijakannya—mulai dari proteksionisme, kritik terhadap The Fed, hingga ancaman terhadap petrodollar—menunjukkan bahwa era dominasi mutlak Dolar AS mungkin sedang dipertanyakan.
Apakah Trump benar-benar “membuang tahta” King Dolar? Waktu yang akan menjawab. Namun, satu hal pasti: dunia menyaksikan babak baru dalam sejarah moneter global.